Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjadi Orangtua setelah 15 tahun Menanti Buah Hati

Dalam keadaan setengah sadar terbius di ruang operasi, Saya mendengar tangis pertama Victoria Adeline Thamrin. Putri tunggal kami yang lahir pada 19 Juni 2014. Rasanya, perjuangan selama 15 tahun untuk mendapatkan buah hati terbayar lunas.



 

Kami menikah 30 Januari 1999. Saat itu, Saya berusia 20 tahun dan Suami 25 tahun. Setelah satu tahun menikah, Kami memeriksakan diri ke dokter kandungan di Singapura. Dokter disana meminta kami untuk menunggu saja, karena masih muda. Tahun kelima pernikahan, kami kembali berobat, kali ini ke Jakarta. Lalu hampir tiap tahun kami ke Kuala Lumpur untuk berkonsultasi dengan sejumlah ahli kesuburan. Mereka memiliki opini yang sama, bahwa kami susah punya anak.

 

5 tahun pertama pernikahan tiap ditanya “Kenapa belum hamil ?” Saya stres dan malas jawab. Setelah 5 tahun, Saya berusaha menerima keadaan dengan berusaha cuek dan dibawa happy. Setelah lebih dari 10 tahun pernikahan tanpa adanya anak, mulai hilang harapan. Pelipur lara kami adalah bekerja, mengumpulkan uang. Waktu terus bergulir. Hari berganti minggu, minggu berganji bulan dan bulan berganti tahun. Informasi mengenai kesuburan belum banyak waktu itu, terlebih kami tinggal di kota kecil, Jambi. Tapi saya punya target, bahwa diusia 35 tahun Kami harus punya anak. bagaimanapun caranya…

 

Suatu hari, Seorang teman bisnis suami mengabarkan bahwa dia akhirnya bisa memiliki anak. yang kami tau, dia memiliki kelainan sperma. Dia menjawab rasa penasaran kami dengan bertutur mengenai Dokter Indra Nurzam Chalik Anwar, Sp.OG. di Klinik Morula IVF Jakarta. Hari kedua Haid, kami terbang ke Jakarta. Perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta menuju Morula kami terjebak macet. Zuster yang membantu Dokter Indra menghubungi kami. Dokter Indra bersedia menunggu kedatangan kami. 

 

Dokter Indra heran, kenapa kami baru datang setelah belasan tahun menikah ?

Dokter Indra menyarankan kami untuk Inseminasi. Kami patuh. Sejak awal, Kami memang memutuskan untuk mendengar dan mengikuti apa yang Dokter Indra katakan. Tidak sok tahu. Kami sudah letih dengan 15 tahun penantian kami. Ternyata, Inseminasi pertama gagal. Dokter Indra menyarankan dilakukan Laparoskopi untuk dilakukan evaluasi penyebab kegagalannya dan meningkatkan peluang hamil pada program hamil selanjutnya. Hasil Laparoskopi tidak ditemukan adanya hal yang yang buruk. Kami melakukan Inseminasi kembali untuk yang kedua kalinya karena inseminasi bisa diulang sebanyak 3 kali. Inseminasi kali inipun gagal. 

 

3 bulan kemudian, Kami memutuskan untuk langsung masuk ke program bayi tabung. Didapat 14 telur, tapi yang bagus hanya 4 telur. Hari ke 3 sebanyak 2 embrio di transfer. Lainnya di simpan. “Bagian saya sudah selesai. Sekarang tinggal Tuhan bagaimana berkehendak pada Ibu” ucap dokter Indra. Kami tidak putus berdoa, memohon yang terbaik. Puji Tuhan, 14 hari kemudian, testpack Saya bergaris dua. Dikuatkan dengan BhCG darah yang menyatakan Saya HAMIL. Pertamakalinya saya merasa sempurna sebagai seorang Istri, sebagai seorang wanita. 

 

Tapi ada flek. Dokter Indra bilang, ada keguguran yang mengancam. Kami masih terus bolak balik kontrol ke Dokter Indra, menggunakan penguat kandungan hingga bulan ke 5. Masuk bulan ke 6, Dokter Indra menyatakan kandungan sudah aman. Kami sudah boleh kembali ke Jambi. Tapi kami memutuskan tetap di Jakarta hingga saat melahirkan tiba.

 

19 Juni 2014 Victoria Adeline Thamrin lahir dengan sehat dan selamat melalui operasi section secaria dibantu Dokter Indra dan Dokter Taufik Jamaan, Sp.OG. Saat ini putri kami sudah berusia 7 tahun. tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan multi talenta. 





Buat Saya, Program hamil bukan hanya untuk mendapatkan buah hati, tapi juga untuk dibenahi kandungannya. Pesan Saya bagi para pejuang buah hati yang masih berjuang mewujudkan mimpinya yaitu 

1. Harus pandai menilai Dokternya. Kalau Dokternya tulus, ikuti aja. Jadikan acuan. Kalau sudah memutuskan untuk berikhtiar ke satu orang dokter, percaya aja kalau Dokter ini yang akan menjadi perpanjangan tangan Tuhan, Dokter ini yang akan memberi berkat Tuhan. Jalani aja, berpikir positif bahwa dokter ini niatnya baik sama kita.
2. Harus banyak berdoa. 
3. Jangan stress. Bayi tabung itu mahal, tapi worth-it. Semua ada di Morula IVF Jakarta. Yang Saya suka di Morula, semua serba cepat. Kalau mau maju, harus ada yang kita bayar.
4. Banyak baca tentang program hamil dan bayi tabung. Dulu informasi belum banyak dan belum mudah diakses seperti sekarang, Saya dengar kata orang kalau IVF susah, nanti badannya jadi begini begitu. Mangkanya, Saya maju mundur mau program. Ternyata, tidak sulit. Badan saya biasa aja.

 

Salam dua garis biru

Rudi Thamrin – Helin Liu – Victoria Adeline Thamrin

Posting Komentar untuk "Menjadi Orangtua setelah 15 tahun Menanti Buah Hati"