Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan sampai Tuhan ambil dengan caraNya (part 2)

Jangan sampe Tuhan ambil dengan caranya

Kali ini, kita masih dalam cerita mengenai matematika dalam kehidupan. sebutlah dua orang perempuan kakak perempuan, Kopi dan Teh. Mereka terlahir dari orangtua buruh miskin. yang menjual tenaga untuk hidupnya. iya kalau ada kulian, klo enggak ada ?!

Kopi bersuamikan Susu. Hidupnya harmonis dan bisa dikatakan kaya. Sudah menunaikan rukun islam yang kelima, Saudi sudah seperti rumah kedua untuknya dan keluarga, sawahnya berhektar-hektar. Keduanya punya tiga anak. perempuan, lelaki dan perempuan. Teh seorang janda. Pedagang kecil, punya tiga anak - semuanya perempuan. 

Memang, anak tidak pernah meminta dilahirkan. tidak bisa meminta dilahirkan dari rahim siapa. Di Barat, tidak ada istilah balas jasa anak menafkahi orangtuanya. Kopi bersikap apatis pada orangtuanya yang miskin. datang hanya pada saat lebaran, memberi uang 50 ribu. Kalau orangtuanya mampir, diberikan gula kopi dan jajanan pasar yang tidak pantas diterima orangtuanya. berbanding terbalik, Teh yang janda "menjamin" orangtuanya agar bisa hidup layak. Ibunya bisa punya perhiasan dan pegang uang dengan jumlah yang tidak pernah dimiliki sebelumnya. Teh berbusaha keras membahagiakan orangtuanya mumpung masih hidup.

Anak Kopi tidak ada satupun yang tamat SMA. Dua dari tiga anaknya masih bergantung penuh padanya yang sudah tidak muda lagi. Kenakalan remaja yang berlanjut sampai si anak beranak cucu. Fisik 30-40 tahun tapi pola pikir anak kecil. Masalah silih berganti menghampirinya, dimasatuanya dia terus menerus harus menyelesaikan perkara anaknya yang mengalami ketergantungan narkoba, yang terlibat hutang sana-sini. Bayangkan...

Meski berjuang sendiri dan menafkahi halal orangtua dan ketiga anaknya, Teh sudah bisa menikmati hidupnya dimasa tua. Teh menyekolahkan anak-anaknya kejenjang pendidikan tertinggi, Satu anaknya disekolahkan hingga ke Jerman, saat ini sudah bekerja, hidup sejahtera dan menikah dengan orang Jerman. Sedang anaknya yang lain hidup mandiri dan dapat mengangkat drajad orangtuanya. Teh menyiapkan anak-anaknya agar dapat menjadi perempuan tangguh yang matang secara logika dan mental.




Posting Komentar untuk "Jangan sampai Tuhan ambil dengan caraNya (part 2)"