Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Larangan bekerja dari suami (seharusnya)





Sebelum nikah, kami berdiskusi untuk bersepakat banyak akan hal. Salah satunya adalah bekerja. Dia mau, setelah menikah nis di rumah aja. Fokus urus dia dan anak-anak (sebelum nikah, status nisa janda dengan anak banyak).

Ini riskan banget. Karena nis sekolah enggak cuman sampe SMA, dibiayai mama yang berharap banyak sama nisa dan nisa punya anak (walaupun bapak kandungnya bertanggung jawab penuh). Tapi hakikat perempuan sekolah tinggi seharusnya memang untuk mendidik anak-anaknya, bukan mencari nafkah. 

Nis kasih tau penghasilan nisa berapa, lengkap dengan pos-pos pengeluarannya. Termasuk tanggung jawab nisa ke mama yang singel parent sampai mama meninggal. Dia mendengarkan dengan baik. Umumnya lelaki hanya mau menanggung istrinya, tapi berpikir jutaan kali untuk menafkahi anak sambung dan orangtua istrinya. 

"Saya tidak kaya, tapi saya percaya, rezeki saya sudah Allah sudah atur untuk kita, sayang. Jika kelak kamu menjadi istri, saya ingin kamu di rumah. Fokus mengurus anak, suami dan mama kamu. Saya tidak akan menghalangi kamu berbhakti pada orangtua, tapi biarkan saya yang mencari nafkah halal untuk kita" pintanya

Auto meleleh donk dengan kalimat "kita"
Pada prakteknya, nis tetap bekerja. Tapi bukan sebagai tulang punggung keluarga. Uang suami, uang nisa. Uang nisa ya buat nisa sendiri. Dia enggak mau tau. Gengsinya gede banget !

Jadi, kalau kamu dilarang bekerja, harus ada solusi kongkrit. 

Sekian
Tertanda, Emak matre

Posting Komentar untuk "Larangan bekerja dari suami (seharusnya)"