Perang mental
Perang Mental
Menjelang hari jadi pernikahan kami yang kedua, cicin pernikahan yang melingkar di jari manis nisa hilang ! Nis panik bukan kepalang. Bagaimana harus menjelaskan ke Papinya Hanim ? Pria itu memberikannya sewaktu melamar Nisa awal Oktober 2018. Benda ini memiliki saksi sejarah jatuh bangun hubungan kami.
Hari Sabtu lalu, Nis mencopot emas putih bertahtah berlian itu sewaktu hendak mencuci perebot dapur, nis melakukannya di teras. Tanpa nis sadari, di kebun kecil sebelah rumah, Mama memanggil tukang becak langganan untuk mengurus tanamannya. Setelah selesai mencuci dan lap semua perabot, nis langsung masuk dapur untuk menyusunnya kembali. Nis lupa mengambil cincin itu lagi. Lalu, datang pengantar Aqua galon pesanan kami yang mencuci galonnya di tempat nis mencuci perabotan tadi. Nis baru sadar cincin itu tidak ada di jari saat mencuci tangan setelah semua kerjaan rumah beres.
Nis WA pengantar galon (sebut saya Paku) dan Tukang becak (sebut saja Palu) satu persatu. Mereka bilang tidak lihat. Tidak ada satupun yang mengaku. Sepanjang Sabtu malam, Nis berpikir keras bagaimana caranya menemukan cincin tsb. Melihat Nis gelisah, Papinya Hanim tanya "Ada apa ?" Nis mengaku. Papinya Hanim tidak marah dan bilang "kita beli lagi ya, jangan sedih"
Minggu pagi, nis kembali WA Palu dan Paku. Nis bilang bahwa CCTV sudah dibuka, jelas sekali pelakunya. Pak Dokter mau bawa kasus ini ke ranah hukum berdasarkan bukti itu. Terlebih lagi keluarga Pak Dokter jendral Polisi di Polda Metrojaya. Kasihan anak istri, masuk penjara untuk harga cincin yang tidak seberapa. Paku menjawab "Saya tidak melihat dan tidak mengambil, Bu. Mau di laporin kemana juga saya siap" lain lagi dengan jawaban Palu "Besok Saya kerumah Ibu ya, saya bantu cari. Mungkin di sampahan. Jangan dilaporin ke polisi, bu. Kasihan Saya donk, Bu"
Senin pagi, Nis Wa kembali keduanya "Hari ini, polisi mau datang ke rumah buat olah tempat kejadian perkara, mungkin setelah itu penangkapan tersangka" Paku dan Palu sama-sama tidak menjawab. Tidak lama, bell rumah berbunyi. Teman Palu sesama tulang becak datang mengantarkan cincin Nisa. Sebelum dia menjelaskan, Nis langsung bilang Terimakasih sambil memberikan senyum termanis.
FYI. Kami tidak lapor polisi, tidak punya bukti CCTV karena CCTV di luar hanya mengarah ke pintu masuk utama dan sekitaran rumah. Bukan ke teras. dan keluarga besar Papinya Hanim terdiri dari Dokter dan Insinyur. Kalaupun ada kenalan polisi, biasanya teman atau pasien yang berhasil program hamil inseminasi / bayi tabung yang sudah seperti saudara sendiri.
Ini yang disebut perang mental. Diplomasi tapi tidak menuduh. Sehingga orang tidak membuat benteng pertahanan. Marah adalah cara yang paling sering dilakukan orang ketika melakukan kesalahan.
Alhamdullilah, masih rejeki...
Bekasi, 05 Oktober 2020
Posting Komentar untuk "Perang mental "