Yang pernah berlalu
Sebut saja Kenanga, perempuan yang berada di tanah sebrang untuk menggapai mimpinya. mimpi yang terlalu tinggi untuk seorang anak janda yang mengais nafkah halal dari hasil kuli. Kenanga belajar untuk dapat memutus mata rantai kemiskinan.
Uang bulanan yang dikirim Ibunya terlalu jauh untuk dikatakan cukup, datangnyapun tidak menentu. Tapi Kenanga tidak sampai hati untuk protes. Dia tau, uang yang sampai pada tangannya merupakan hasil Ibunya memeras keringat dan tenaga. Kenanga bersyukur sambil mencari cara agar bisa bertahan hidup. Kenanga tinggal di pesantren supaya bisa dapat tempat tinggal dan makan gratis, walau dia harus berbagi kamar asrama dengan anak-anak santri dan mengajar mata pelajaran eksak. Sesekali Kenanga menulis cerpen dan puisi untuk majalah dan koran lokal. Honornya tidak banyak dan lama turunnya, tapi cukup untuk membeli bubur kacang hijau kesukaannya. Saat libur kuliah, Kenanga tidak pernah pulang. Mengikuti semester pendek (SP) adalah pilihannya.
Suatu hari menjelang libur, Kenanga membaca iklan bahwa dibutuhkan seorang SPG partime untuk pameran otomotif di sebuah pusat perbelanjaan. jam kerjanya fleksibel -bisa dilakukan setelah selesai kelas SP, honor hariannya lumayan, belum lagi kalau penjualan mencapai target- bonusnya bisa buat kebutuhan yang terduga (adaaaa aja yang harus di foto copy). Kendalanya, jarak tempuh yang jauh, 40 km yang harus ditempuh Kenanga setiap hari dengan berganti bus kampus dan metromini. butuh waktu sekitar 1 jam. Kenanga bekerja dari jam 13 hingga 8 jam kedepan, dibawah seorang pengawas. Sebut saja Jahe. pria 20 an akhir, tipe pria metropolis glamour yang digandrungi banyak gadis. Kendaraannya ganti-ganti. Ada dua buah mobil dan sebuah motor ber cc besar yang menjadi tunggangannya, yang menjadi magnet buat perempuan. Kenanga tidak pernah sadar bahwa Jahe menaruh perhatian padanya, sampai datang tawaran-tawaran jahe untuk mengantarnya pulang...sampai teman-temannya bertanya dan menitipkan salam.
Jahe sadar apa yang dibutuhkan Kenanga. Dia berusaha memberikan perhatian, limpahan materi dan menunjukan betapa hebatnya dia, betapa terpandang dan kayaraya keluarganya, betapa berkelas teman, sahabat dan kolega keluarganya di kota itu. Berharap itu semua bisa membuat silau mata Kenanga demi menarik perhatiannya. Tapi Kenanga bergeming. Tidak sekalipun Kenanga menerima tawarannya untuk berinteraksi diluar pekerjaannya. Lelaki yang banyak bicara, perlente dan berbusa-busa membanggakan keluarganya terlihat seperti sampah dimata Kenanga. Dan lagi, dia cuma lulusan SMA. Kenanga menerima doktrin kuat dari Ibu dan Kedua kakak perempuannya bahwa "berteman boleh dengan siapa saja tapi harus jeli kalau memilih pacar / suami. paling tidak harus lebih dari kita dari sisi ekonomi, pendidikan dan status sosial" Itu yang mebuat Kenanga menjadi anomali. Tidak tergila-gila dengan Jahe seperti gadis-gadis lain. Semakin penasaran, semakin kuat usaha jahe, semakin risih kenanga. setelah 30 hari, kontrak pekerjaan SPG motor itu berakhir, Kenanga memutus akses kontak dengan Jahe.
Jahe kemudian menikah dengan Kunyit, teman kenanga, sesama SPG. setelah melahirkan, Kunyit meninggalkan bayinya begitu saja, karena faktor ekonomi. Bayi merah itu lalu diurus keluarga besar Jahe. Jahe dan Kunyit masing-masing menikah lagi.
Belasan tahun kemudian, Kunyit menyapa Kenanga melalui Ef Be "Jahe kan ngefans berat ama lu, dia juga kasih segala macem buat lu, mana keren orangnye, Kenapa lu bisa kagak mau?" tanya Kunyit disela-sela obrolan mereka
"Omnya lebih keren, booo" jawab Kenanga cool
"Iya sih, keluarganya emang tajir dan cakep-cakep. Dokter-dokter spesialis ternama gitu. Eh tapi lu tau dari mana ?" Tanya Kunyit
"Gue kawin ama Om-nye" jawab Kenanga
...lalu hening
Posting Komentar untuk "Yang pernah berlalu"