Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peraturan tidak populis di Penabur

Penabur sekolah yang disiplin. Di SMP,  membawa telepon pintar (HP) ke sekolah haram hukumnya. Kalau sampai disita,  orangtua yang harus mengambilnya. biasanya,  kk merayu kami untuk segera menemui wakil kepala sekolah bidang kesiswaan (wakasis). Jaman now,  peraturan ini terkesan tidak populis karena dari mulai ngerjain tugas,  laporan nilai dan perkembangan siswa,  pesan ojek online sebagai mobilitas anak dari dan ke skul serta tempat les sampe komunikasi dengan ortu memantau keberadaan anak,  semua pakai HP.

Di SMA, Penabur agak lebih bersahabat mengenai pemakaian HP. Boleh bawa HP asal sesampainya dikelas jam 6.30 sampai jam pulang sekolah, HP harus mati. jangan harap bisa motret penjelasan guru dipapan tulis pakai HP. sekedar bunyinya, bisa membuat HP itu disita. itu yang terjadi pada kk minggu lalu. HPnya berdering tanda pesan masuk saat jam pelajaran berlangsung. Gurunya yang murka mengadukannya ke Wakasis. Kk harus memberikan HPnya tanpa perlawanan.

Bedanya kali ini,  kk tidak merayuku untuk datang ke sekolah mengambil HP nya. Kk menyampaikan bahwa HPnya disita dengan tanpa ekspresi,  gantian aku yang "hah?  Terus gimana klo mau pesen ojek online?  gimana klo mau bla bla bla... "

"HPnya bakal dibalikin pas ambil rapot semesteran di awal Desember,  Ma. Itu udah jadi resiko kesalahan pelanggara hukum yang ku buat, lagian malu ah udah gede gini bawa-bawa orangtua mulu ke sekolah" jawab kk

... Aku diam takjub mendengar jawaban kk

Posting Komentar untuk "Peraturan tidak populis di Penabur"