Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ibu 30 juta (cerpen)

Hari ini lelah setelah berkeliling dari satu mall ke mall di seantro Bekasi nemenin anak-anak berburu diskon perlengkapan dan peralatannya ditahun ajaran baru. perburuan itu berakhir disebuah pusat grosir alat tulis di pasar tradisional. membiarkan mereka memilih apa aja yang mereka sukai dan membekali sisulung dengan kartu debit. abis itu kabur ke toko mas yang pemiliknya orang tua dari teman mas di sekolah. setelah selesai hunting, mereka nyamperin.



Toko mas itu ramai. kami berhimpitan dimeja etalase. disebelah ku, seorang ibu wangi berbusana menutupi aurat yang necis. sudah 30 juta lebih transaksinya. anak-anak mulai bosen, emak ngapain sih lama-lama ditoko mas ? gableg duit juga kagak...kemudian mereka merengek minta beli takjil. waktu menunjukan jam 17 lewat. ku genggamkan lembaran biru agar bisa melanjutkan liat-liat. baru beberapa langkah anak-anak pergi, aku dikagetkan dengan suara anak kecil disebelah ku. seorang penjual es teh keliling. rupanya, ibu disebelah ku menyenggol dagangannya sehingga es dalam gelas-gelas plastik itu tumpah. sebagian membasahi lantai, sebagian menyiram bajunya yang lusuh.

"Ibu harusnya hati-hati. Ini jualan saya gimana ?" tanya si anak

...ibu itu tidak bereaksi
anak itu mengulangi pertanyaannya hingga menangis. ibu itu tetap melanjutkan transaksinya. memilih emas dan mengeluarkan dompet tebal, yang dari jarak ku bisa terlihat gugusan giral dan kartal. walau pelayan toko mas menghentikan transaksinya dan seluruh toko mas menjadikan kejadian itu tontonan. Si ibu acuh.

Adalah anak lelaki kecil yang menghentikan langkahnya mencari takjil. dia menghampiri penjual es teh yang mungkin sebaya dengannya. Anak lelaki itu bertanya, "berapa total harga jualannya yang tumpah itu ?" yang dijawab pilu "dari sananya 2500. saya menjualnya 3000" lalu anak lelaki itu mengambil tisu dari tas ku. disekakan ke wajah dan baju si penjual es teh - yang masih merengek meminta ganti rugi ke ibu 30 juta. yang lagi-lagi dibalas dingin.

"Sudah, terima ini. ga usah sedih lagi" kata anak lelaki itu sambil memberikan lembaran birunya

setelah anak kecil itu berlalu, kakak anak lelaki itu bilang "lah terus beli takjilnya gimana ?" yang dijawab lantang oleh anak lelaki itu "uang segitu ga bikin aku miskin, kak. dirumah banyak makanan" lalu kakaknya dengan sukarela mengembalikan lembaran biru yang menjadi bagiannya. Hey, ku yakin ibu 30 juta itu menyaksikan dan mendengarnya seluruh adegan ini.

Kemudian si ibu beringsut. ku dengar dia berguman "sayang amat 30 rebu buat orang"

Buru-buru ku sudahi liat-liatnya. Kokoh penjual emasnya bilang, bahwa penjual es itu yatim piatu yang tinggal dipasar karena bapak ibunya menjadi korban keganasan lalu lintas.

Azan magrib mengiringi langkah kami menuju gubug, ku lihat dari spion anak lelaki itu bercucuran air mata dengan sengguk sambil memeluk ku dari belakang.

"Sakit aku melihatnya, Ma" kata lelaki ku


Posting Komentar untuk "Ibu 30 juta (cerpen)"