Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tolong! Anak Saya Mengalami Kekerasan di Sekolahnya...


Hari itu, 1 Desember 2016. Seperti biasa, Saya menjemput anak laki-laki saya satu-satunya yang bersekolah di sebuah sekolah islam premium di Bekasi. Saat dijemput, dia diam. Mungkin capek, pikir ku. Ku lihat dikelasnya ada dua orang guru. Guru perempuan yang sedang mengajar anak-anak membaca Iqra-yang tidak ku tau namanya. dan Guru laki-laki yang sedang asik dengan hp dan headsetnya di permadani di belakang kelas. Pak / Ust F namanya. Belaiu baru lulus S1. Usianya 20 tahunan merupakan guru baru yanh mengajar di kelas anak ku sebagai guru diniyah. 

Sesampainya di rumah. Mas -demikian kami memanggilnya. Dia diam di ruang tamu. Tidak ceria seperti biasa. Tidak langsung mengganti baju dan makan. Sayang kenapa ? Tanya ku lembut. Lagi-lagi Mas hanya diam.
 
Betapa kagetnya, Saat saya berada didekatnya saya lihat ada memar menyerupai bekas tangan di pipinya.

 
 

Saya peluk dia. Kami berpelukan. Setelah Saya yakinkan semua akam baik-baik saja, barulah Mas bercerita.

Katanya, Ada dua anak laki2 berantem berantem dikelas. Kebetulan Mas ada di dekatnya. Yang satu ditonjok berdarah di hidung. Kemudian dia tonjok mas di dada (efeknya jadi Rubor, kalor, dolor). Mas marah karena sakit. Saya ajarkan mas, untuk tidak memulai. Tapi klo dia dipukul, dia harus balas. Lalu Gurunya mencoba menengahi dengan bertanya "siapa ini yang buat dia berdarah?" Bijaksana sekali yaa saat ada anak yang terluka, bukannya menangani pendarahannya dulu, malah bertanya dan mencari kesalahan. Yang ditanya, anaknya lagi enggak happy. Udah siap memulai pertengkaran baru lagi.  Sampai disini ada dua versi. Versi Gurunya, mas berada dibelakang gurunya. Sehingga, saat gurunya berusaha menengahi dengan merentangkan tangannya, punggung tangan gurunya mendarat di pipi Mas. Berbeda dengan versinya mas. Ah sudahlah, entah saya harus percaya siapa. Sekolah semahal itu tidak aa cctv di kelas. Terlepas dari sengaja atau tidak, Mas merasakan dampak dari perbuatan itu. Dia menampar hingga telinga Mas berdenging. Mas jadi merasakan Dobel sakitnya. Sakit di tonjok teman di dadanya dan sakit di tampar Guru. Yang katanya enggak sengaja. 

Ketika Anak saya berangkat ke sekolah, saya pasrahkan Dia sepenuhnya ke sekolah. Dia jadi anak bapak ibu guru disekolah. Klo Dia nakal, silahkan dihukum. Kami sebagai orangtua nya sepakat ga akan menuntut.

Tapi ini ?
Anak gue emang ngapain sampe lu giniin!

Malamnya. Mas Demam tinggi, Mengigau menyebut nama Teman dan Guru yang memukulnya. Mas Menangis dalam tidur dan Beberapakali terbangun minta minum dan susu. Karena dia menolak makan. Saya bayar sekolah mahal bukan buat buat diginiin anak saya. 

Keesokan harinya, Mas bilang "Mama, Mas enggak mau sekolah" Ya Allah, anak ku trauma. Mana hari Seninnya, akan UAS. Tapi saya iya-kan permintaannya. 

"Mama, sebenarnya dari awal Mas enggak mau sekolah disekolah itu. Mas maunya sekolah di sisterhood TK nya Mas. Tapi Mama bilang, biar Mas tau agama dan paham Quran. Jadi Mas nurut" lanjut Mas lagi

Ya Allaaaaaah! Gue orangtua macam apa deh?????

Adapun Hasil mediasi dengan pihak sekolah, Hasilnya sangat cerdas dan memuaskan!

Dari ybs ;
"Saya minta maaf. Kejadian itu terjadi atas ketidaksengajaan saya karena saya panik melihat murid yang berdarah. Anak ibu berdiri di belakang saya, saya menghalau dia agar tidak bertengkar dengan anak yang memukul dadanya dengan tidak sengaja. Saya menghalau dengan tangan saya sehingga pipinya terkena punggung tangan yang mungkin terlalu kencang tapi setelah kejadian itu, saya berikan es batu. Anak ibu tidak menangis dan tetap main seperti biasa. Tidak terjadi apa-apa. Saya mohon maaf kalau saya tidak melihat ibu menjemput anak ibu. Saya akan menemui anak ibu dirumah untuk meminta maaf dan merayunya agar mau sekolah lagi"

Jadi klo tidak sengaja bisa di maafkan dan dimaklumi gt ? Terlepas dari ini sengaja atau tidak. Saya melihat dampaknya terhadap psikis anak saya. Setiap saya jemput anak saya, beliau selalu sibuk dg hp lengkap dg headsetnya. Hanya sekali saya melihat beliau bermain kartu uno dengan anak saya dan teman2nya. 

Anak saya tidak mau sekolah dan tidak mau bertemu kamu. Psikolog dan psikiatri anak bilang, jangan dipaksa dulu. 

Padahal keesokan harinya UAS.

Dari wakasek;

"Saya sudah sering menangani kejadian begini. Tapi orangtua yang lain selalu sopan dan tetap sabar. Tabayun. Tidak seperti ibu. Silahkan saja ibu sampaikan apa yang ibu mau. Seperti yang sudah2, sekolah akan memenuhi dan memberi surat peringatan pertama kepada guru"

Maaf, saya tidak berpendidikan tinggi seperti bapak dan orangtua yang lain. Saya marah atas kelalaian yg menyebabkan anak saya begini. Saya membayar mahal sekolah bukan untuk anak saya menjadi begini. Saya memaafkan, gurunya di beri surat peringatan, sekolah membayar ganti rugi...terus masalahnya selesai ??? Mudah sekali! Lalu tidakah ketidaksengajaan itu menimbulkan dampak untuk anak saya ? Siapa yang bisa jamin hal ini tidak terulang jika anak saya tetap di bawah bimbingan gurunya ?

FYI. Sebelum kejadian anak saya, di kelas 4 ada murid yang dicubit gurunya dengan alasan gemes.

Pelajaran nih, pilihlah alasan-alasan konyol biar bisa diterima dan dimaklumi. 

Bonus dari masalah ini adalah saya di cap lebay tralala trilili oleh orang tua murid lain karena mempermasalahkan hal ini. Enggak sengaja loh, enggak usah dibesar2in lah. Guruny baik kok...

Gue tabok muka lu mau ???

Mas tetap tidak mau sekolah. Mas anak ku yang cerdas dan riang, tiba-tiba menjadi murung dan tidak mau sekolah. Saya bingung. Saya terus peluk dia. Kami menangis bersama. Saya bisikan kata-kata penyemangat. Saya katakan, Mama akan ada sama Mas. Apa yang Pak Guru lakukan itu salah. Mas atau siapapun, tidak layak diperlakukan seperti itu. Sampai Akhirnya, Mas mau mengikuti UAS disekolahnya. Tapi Mas minta ditunggui dan meminta pindah sekolah setelah UAS selesai. Saya duduk di depan kelas Mas selama UAS berlangsung dari pagi hingga jam 10 siang selama 7-8 hari. Saya memastikan betul bahwa Pak Guru F tidak muncul di hadapan Mas. 

Setelah UAS selesai, Saya menghadap Kepala Sekolah.  Sebagai orangtua, saya tidak puas dengan penyelesaian pihak sekolah yang terkesan mempertahankan diri dan membela Guru. Ok, Saya terima penjelasan tidak sengaja dan permohonan maafnya. Tapi kebenaran tidak pernah punya dua sisi. 

Walau akhirnya, Kami memilih berdamai dengan hati dan keadaan. Saya memutuskan untuk tidak memperpanjang urusan ini dengan membawanya ke Komnas Anak atau ranah hukum. Karena biar bagaimanapun, sekolah punya andil besar dalam pertumbuhan dan kecerdasan anak saya sekarang. Dan sebaik-baiknya seorang muslim adalah yang tidak memperpanjang urusan dengan saudaranya. Kekhawatiran terbesar saya jika bermasalah dengan Guru, kelak ilmu yang Mas miliki tidak bermanfaat. Itulah bencana dari seorang yang berilmu. 

Walau sebenarnya di dalam lubuk hati saya yang paling dalam, saya ingin mas tetap mengenyam pendidikan dasar di sekolah berbasis agama. Karena Agama harus ditanamkan sedari kecil. Belajar pelajaran dunia mungkin bisa belajar secara mandiri atau otodidak. Tapi pelajaran agama harus ada gurunya. Saya harus akui, perkembangan Mas luar biasa didalam bidang Agama. Ngajinya bagus, hafalan Quran dan hadistnya baik, bacaan shalat benar, ritual agamanya dilaksanakan dengan kesadaran dan ahlaknya terpuji. Namun dengan berat hati, setelah mempertimbangkan banyak hal dan sesuai janji saya ke Mas, Saya harus memutuskan untuk pamit baik-baik. 

Kepala sekolah menjelaskan, Ust. F sudah mengundurkan diri. Pria muda 20 tahunan itu Lulusan sebuah pondok pesantren modern di Ponorogo. Pria yang fasih berbahasa inggris dan arab itu baru saja meraih gelar sarjana agama dari kampus yang  bernaung di bawah nama besar ponpes tsb. Karirnya baru saja dimulai di sekolah dasar islam terpadu premium ini. Yayasan mengijonnya dengan masa percobaan 3 bulan. Saat terjadi "penamparan tidak sengaja" kepada Mas, dia baru 2 minggu bekerja sebagai guru pengganti dan guru Iqra. 

Ada rasa bersalah menyeruak dihati, karena Saya pernah ada di posisi itu. Peristiwa yang menjadikan saya lebih dewasa dan membuat saya berpikir dalam. Semoga...Saya, Mas, Sekolah dan kamu dapat sama-sama mengambil hikmah dari peristiwa ini. Saya doakan kamu mendapat pekerjaan yang lebih baik.

Semoga kedepannya ada sekolah yang ramah anak yang dapat menyeimbangkan pelajaran Agama dan Dunia dengan baik.

Baca juga Biaya Masuk SD Global Prestasi Kalimalang Bekasi

Kado Akhir Tahun untuk Keluarga Kami

2016

3 komentar untuk "Tolong! Anak Saya Mengalami Kekerasan di Sekolahnya..."

  1. Mba,email donk sekolahnya dimana? Email saya susirahmi@yahoo.com. Anakku jg mau msk sd 2 tahun lg. Makasiii mbaaa

    BalasHapus
  2. sebaiknya tidak saya share nama sekolahnya bu. semoga anaknya tidak mengalami hal buruk disekolahnya nanti :)

    BalasHapus
  3. Dear mba, thanks for sharing :)
    Kebetulan saya lagi survey2 SD untuk putra sulung saya..
    Semoga anak2 kita semua dihindarkan dari hal2 buruk..aminn

    BalasHapus