Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hikayat Emak

Dahulu kala di sebuah Desa, hiduplah suami istri miskin beranak 5. Untuk makan di hari itu, mereka harus cari di hari yang sama. Jika tidak beruntung, lapar menjadi teman sehari-hari. Ahhhhhhh, jangan tanyakan bagaimana anak-anak mereka bersekolah. Bisa makan sehari 3x saja suatu hal yang mewah untuk mereka. Suami bekerja serabutan. Apa saja, mulai dari tukang becak, penggali kubur, penjual rokok, kuli disawah.... Istrinya berjualan nasi, berdagang makanan keliling kampung, kula kuli di sawah, pembantu rumah tangga, kuli nutu (menumbuk padi menjadi beras, upahnya beras). Apa saja mereka kerjakan demi nafkah halal yang mereka suapkan pada mulut anak-anaknya.

Pada suatu hari, mereka memberanikan diri untuk lanja (sewa) sawah. Dari seorang yang masih terhitung saudara. Saudara ini, diangkat anak oleh Bibi dari suami miskin. Waktu itu, saudara tengah diangkat drajatnya oleh Allah. Dia tengah menjabat sebagai sekretaris desa yang mana jabatan itu adalah suatu jabatan prestisius di desa. Sawah adalah fasilitas jabatannya. Sawah ini yang kemudian di sewa oleh suami istri miskin itu. Dia menikah dengan perempuan dari desa tetangga yang kayaraya  (namun berusia lebih tua) dan dikaruniai sepasang anak yang lucu dan sehat. 

Saat panen tiba, saudara ini meminta sejumlah uang sebagai sewa sawahnya. Saat diberikan uang, saudara ini, atas perintah istrinya meminta padi. Saat diberikan padi, saudara ini meminta uang. Perlu diketahui, menukar uang menjadi padi dan sebaliknya dapat mengurangi nilai keuntungan yang didapat. Si miskin hanya bisa berkata dengan lirih, jadi sebenarnya kamu mau apa ? Yang kemudian dibalas kalimat-kalimat kasar oleh sang saudara. Kemudian, perselisihan itu berujung pada si miskin tidak boleh melanjutkan proses sewa. Belakangan diketahui, itulah cara si saudara untuk mengalih sewakan sawahnya pada orang lain agar mendapat nilai sewa yang lebih tinggi. 

Uang tidak pernah mengenal saudara. Dalam perihnya, si miskin berdoa, semoga kamu bisa merasakan lebih susah dari ku...

Entah doa insan teraniyaya yang di dengar sang maha segala, atau ini merupakan cara NYA memberi ujian. Tak lama setelah itu, saudara ini terpikat oleh seorang wanita tuna susila yang lebih muda dan lebih cantik dari istrinya. Di susul dengan si istri mengeluarkan darah segar dari kemaluannya. Banyak uang dihabiskan untuk biaya pengobatan. Kemudian, sang suami tak pernah lagi pulang kerumah. Dan tersiar kabar, dia menjadikan pelacur itu istri mudanya. Rumah tangga dengan istri pertama sontak  berakhir bersamaan dengan berakhirnya jabatan sebagai sekretaris desa. 

Hidup saudara dan istri barunya berawal dari nol lagi. Tapi jangan khawatir, ada Ibu angkat yang sangat baik hati. Yang bersedia memberikan apapun untuk anak angkat kesayangannya dan menanggung semua kelakuan anak angkatnya. Hingga akhir hayatnya, semua yang dimiliki   Sang Ibu Jatuh ke tangan saudara.

Saudara dan istri barunya memiliki 3 anak. Dan 2 anak dari pernikahan terdahulu turut serta ditinggal bersama mereka. Dirumah sang Ibu. Istri baru bukan pelabuhan terakhir saudara. Tapi masih ada perempuan-perempuan lain dalam hidupnya yang tidak dinikahi. Kehidupan saudara tidak lebih baik dari suami istri miskin itu. 

 

"Becik, Aja wani bari wong cilik" nasehat suami istri miskin kepada anak dan cucunya...

Maaaaaaak, Nisa KANGEN !!!
Alfatehaah buat Emak...
 
Pagi yang basah, 
Bekasi, 4 Januari 2017


Posting Komentar untuk "Hikayat Emak"