Saya TERORIS
Saya terlahir dari keluarga yang
biasa saja. Baik secara ekonomi maupun latar belakang pemahaman agama. Namun,
kedua orang tua saya sangat mementingkan pendidikan. Sejak kecil, kecerdasan
saya menonjol. Saya memiliki banyak prestasi yang membanggakan. Seumur hidup,
saya tidak pernah merasakan kegagalan.
Masa remaja, dimana saya sedang mencari jati diri, saya terselamatkan
berkat rangkulan teman-teman dari organisasi keagaamaan di sekolah saya- Sekolah Menengah Atas Favorit dikota. Selain pengetahuan agama yang
membaik, Saya juga mengalami peningkatan perubahan perilaku keagamaan dan Semua
potensi yang saya miliki dapat berkembang dengan baik dalam wadah ini. Saya
tumbuh bukan hanya menjadi siswa yang cerdas akalnya, tetapi juga peka secara hati
nurani terhadap lingkungan dan diwujudkan dengan perilaku keseharian di
lingkungan masyarakat.
Saya diterima menjadi mahasiswa di jurusan idaman di sebuah Universitas
terkemuka di negri ini dan lulus dengan predikat cumlaude. Perjalanan hidup Saya tak mudah setelah menjadi Sarjana.
Persaingan dalam dunia pekerjaan begitu ketat.
Saya kecewa saat melihat teman-teman yang tidak memiliki prestasi
gemilang tapi mendapat pekerjaan lebih dulu. Tak terhitung lagi jumlah lamaran
yang sudah saya kirimkan, tapi kabar baik tak kunjung tiba. Sementara Saya
sudah malu untuk meminta uang pada orang tua. Karena masih ada adik-adik yang
lebih membutuhkan. Saya mulai menarik diri dan tenggelam dalam rasa rendah
diri.
Secara tidak sengaja, dalam sebuah kajian- saya memang lebih
aktif dalam kegiatan keagamaan untuk mengisi kegiatan saya, Saya berkenalan
dengan seorang Ikhwan yang cerdas dan kharismatik. Dia banyak mengajak Saya
berdiskusi mengenai isu-isu terkait islam. Suatu hal yang sering saya dengar
baik melalui diskusi maupun kajian sewaktu di kampus dulu. Namun, hal ini
terasa berbeda saat disampaikan Akhi (sebut saja begitu). Entah mengapa,
kecintaan saya terhadap agama dan ketuhanan merasa terciderai dengan berita
yang beredar di TV dan sosial media.
Isu Penjajahan dan pencaplokan terhadap
negara-negara Muslim, seperti Palestina, Iraq, dan Afganistan. Dunia bungkam
seribu bahasa terhadap penjajahan yang dilakukan Israil dan Amerika. Kenapa
presiden George Bush tidak dibawa ke mahkamah international sebagai penjahat
perang. Karena ia telah menentang keputusan PBB dan dunia international dalam
penyerbuannya ke Iraq. Bahkan alasan penyerbuan tersebut tidak terbukti seperti
yang dituduhkan bahwa adanya pembuatan senjata pembunuh massal dan nuklir di
Iraq. Demikian pula kekejaman Israil terhadap rakyat Palestina. Kenapa dunia
international tidak menindak dan menghukum Israil terhadap kejahatan dan
kekejamannya di Palestina? Kenapa Israil boleh membangun pabrik pengayaan
uranium dan senjara nuklir tetapi negara lain tidak? Apakah ini semua yang
dinamakan sebagai keadilan dan demokrasi yang diterapkan dan dipaksakan oleh
barat dan Amerika kepada negara-negara lain?
Penindasan terhadap umat Islam di berbagai
belahan dunia terutama di negara-negara yang mayoritas penduduknya orang-orang
kafir, mereka dikekang dan dibelenggu, tidak bebas menjalankan ajaran agama
mereka secara sempurna. Walaupun menurut undang-undang international setiap
individu dijamin kebebasan untuk menjalankan agamanya. Akan tetapi undang-undang
ini hanya dinikmat oleh orang-orang kafir yang berada di negara-negara Muslim.
Adapun untuk orang Muslim yang berada di negara-negara orang-orang kafir
undang-undang tersebut tidak diberlakukan.
Kezhaliman dari sebagian penguasa terhadap
aktivis-aktivis dakwah, yang menimbulkan dendam yang berkepanjangan dalam diri
sebagian mereka. Kemudian diiringi dengan konflik perebutan kebijakan dalam
kekuasaan antara aktifis dakwah dengan sebagian penguasa. Sehingga tidak jarang
bermuara kepada penculikkan dan pembunuhan dari pihak penguasa terhadap aktifis
dakwah. Ditambah lagi adanya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang
sengaja membenturkan antara umat Islam dengan pihak penguasa. Sehingga ada
kekhawatiran dari pihak penguasa akan terjadinya Islamisasi terhadap sebuah
bangsa. Lalu dianggap dapat mengganggu keamanan dan persatuan bangsa.
Jiwa muda Saya bergejolak. Saya marah pada
keadaan. Saya merasa harus melakukan pembelaan terhadap Allah dan merasa
bertanggung jawab dalam Penegakan panji-panji Islam. Rupanya Akhi memiliki
pemikiran yang sama. Maka Saya memutuskan untuk bergabung dengan gerakan
kelompok Akhi. Dimulai dari Ta’lim (Pengajaran), Tamrin (Pelatihan), Tamhish (Penseleksian) dan Bai’at (melaksanakan bai’at sebagai syarat
menjadi anggota)
Kelompok ini mengkafirkan pemerintah Indonesia
dan seluruh aparat pemerintah, serta menghukumi bahwa Indonesia dipimpin oleh
orang-orang kafir dan harus diperangi. Kemudian Saya mengikuti latihan militer
di Afghanistan, Saya bertekad untuk menghancurkan pemerintahan NKRI melalui
perang melawan pemerintah Indonesia. Kelompok ini menggunakan ayat-ayat Alquran
yang tidak semua Saya pahami. Dalam kelompok ini, tidak ada istilah ilmiah dan
kritis, karena itu adalah bentuk bid’ah. Semua pendukung dan anggota hanya
memegang satu kitab dan pemahaman yang telah didoktrinkan oleh guru-guru
mereka. Anggota tidak diperbolehkan membaca buku-buku lain, mereka mengharamkan
buku-buku karena ulama yang menulis buku-buku itu dikategorikan sebagai orang
kafir sebab ikut kepada pemerintahan yang tidak menjalankan syariat Islam.
Karena itu, dalam doktrin kelompok ini tidak
ada istilah diskusi ilmiah, padahal Islam sendiri mengajarkan kepada umatnya
untuk menggunakan pikiran dan tidak serta merta menerima informasi yang diterima,
akan tetapi harus diteliti secara akurat sehingga sebuah informasi dan ilmu
yang diperoleh dianggap aktual dan sah. Dalam hal Jihad dan Khilafah, kelompok
ini menganggap bahwa hal tersebut harus dilakukan karena perintah agama yang
mutlak dilakukan. Dengan demikian siapapun di dunia ini dan negara manapun yang
tidak menjalankan syariat Islam, maka ia adalah kafir, termasuk pemerintahan
Arab Saudi yang juga dikafirkan oleh kelompok-kelompok. Kelompok radikal ini
mengkafirkan Arab Saudi meski di negeri tersebut terdapat dua kota suci untuk
umat Islam: Mekkah dan Madinah. Asumsinya, jika Arab saja bisa mereka kafirkan,
maka negara-negara muslim lain akan lebih mudah mereka tunggangi.
Akhi adalah sosok yang bisa membaca kejiwaan
Saya. Dia memastikan saya adalah orang yang tepat. Akhi mengobarkan persepsi
buruk terkait ketidakadilan yang Saya dapatkan. Dengan demikian, emosi Saya
tumbuh dan menuntut agar diperlakukan dengan adil. Akhi meyakinkan Bahwa Kita sama,
merupakan perkumpulan orang yang diperlakukan tidak adil, lalu memiliki visi
dan misi yang sama untuk menuntut keadilan. Kami diwajibkan menjaga organisasi
hingga pada tahap penumbuhan dan perkembangan organiasasi. Dengan adanya rasa
memiliki, Kami akan saling melindungi satu dengan yang lainnya, pun jika harus
mengorbankan nyawa.
Semua anggota dalam kelompok ini didoktrin
untuk menjadi sosok yang memiliki identitas untuk dikenal. Di dalam pembinaan, Saya
juga dikenalkan dengan para pendahulu, lalu ditiupkan semangat agar menapaki
jejak mereka. Dengan melakukan aksi yang diklaim sebagai kebenaran dan menuntut
keadilan versi kelompok, Saya merasa sebagai anggota yang memiliki identitas;
layak dikenal dan dikenang.
Aksi heroic Saya Gagal. Bukan Bidadari Surga
yang menjemput Saya, melainkan Satuan Anti terror Kepolisian Republik
Indonesia. Media memberitakan secara besar-besaran. Semua tuduhan buruk
mengarah kepada Saya. Saya sedih dan menyesal. Terlebih jika Saya mengingat
Orang Tua dan adik-adik Saya dirumah. Saya ingin sujud di kaki Ibu. Tapi Saya
ditempatkan di sebuah sel dengan sistem keamanan tinggi, entah untuk berapa
lama.
Kepada Allah Saya mohon Ampun dan kepada
seluruh Rakyat Indonesia Saya mohon Maaf. Saya menyatakan kembali kepada NKRI.
Saya ingin menebus kesalahan Saya dengan membagi seluruh pengalaman ini kepada
Generasi muda agar mereka tidak bersikap
ghuluw (eksrim) dalam beragama.
Sumber
Membongkar Jamaah Islamiyah- Abas Nasir
Aku Melawan Teroris- Samudra Imam
Posting Komentar untuk "Saya TERORIS"