Banyak sedikit, antara Ambiguitas dan Adab
Hal-hal yang berada diranah abu-abu biasanya hal yang sifatnya subjektif. contohnya menilai suatu kebenaran, pertanyaan akan kecantikan seseorang atau mengukur jumlah. karena hal tersebut terkait sudut pandang seseorang yang sangat mungkin berbeda dari sudut pandang lainnya. sudut pandang seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak latar belakang.
Banyak atau sedikit ketika terlepas dari prinsip matematika hal itu masuk kedalam ranah ambigu. banyak menurut siapa dan sedikit kata siapa? dalam konteks saling menerima dan memberi, tentu banyak sedikit ini bukan hal penting. Karena orang yang memahami islam secara baik seharusnya dia bisa mengaplikasikan reaksi kesantunan dengan benar.
Dalam suatu pemberian, sedianya tak melulu melihat nilai, kebutuhan dan banyak sedikit itu tadi. karena memberi bukanlah perkara mudah. Ada rasa sayang , perhatian dan ikhlas didalamnya. Maka wajar, jika Nabi Muhamad mengatakan dalam Hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Daud tentang Mengucapkan Terimakasih dan memberikan doa "Tidak bersyukur kepada Allah seseorang yang tidak bersyukur kepada manusia" dan HR. Tarmidzi " Barang siapa yang dibuatkan kepadanya kebaikan, lalu ia mengatakan kepada pelakunya 'Jazakallah Khairan' semoga Allah membalas mu dengan kebaikan maka sungguh ia telah benar-benar meninggikan pujian. Masih dari Hadis yang diriwayatkan oleh HR Bukhjari dan Muslim "Barang siapa diberikan oleh Allah harta tanpa mengemisnya dari oranglain maka hendaknya dia menerimanya sebab hal itu adalah rezeky yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Maka kalimat terbaik saat kita menerima pemberian dari orang lain adalah Terimakasih dan mendoakannya. Pada posisi penerima, banyak atau sedikit setiap apa yang diterima, hal itu tidak menimbulkan kerugian apapun. Jadi, tolong jangan ciderai niat baik dan keikhlasan orang yang berusaha mengungkapkan rasa sayang dan perhatian itu pada mu. Ketika apa yang diberikannya sudah menjadi milik mu dan kamu tidak menyukainya atau dirasa terlalu banyak, silahkan lakukan apapun yang kamu sukai.
... Ketika ketulusan bahkan tidak layak dihargai barang ucapan Terimakasih
Tidak suka hampir muak Juni 2016
Banyak atau sedikit ketika terlepas dari prinsip matematika hal itu masuk kedalam ranah ambigu. banyak menurut siapa dan sedikit kata siapa? dalam konteks saling menerima dan memberi, tentu banyak sedikit ini bukan hal penting. Karena orang yang memahami islam secara baik seharusnya dia bisa mengaplikasikan reaksi kesantunan dengan benar.
Dalam suatu pemberian, sedianya tak melulu melihat nilai, kebutuhan dan banyak sedikit itu tadi. karena memberi bukanlah perkara mudah. Ada rasa sayang , perhatian dan ikhlas didalamnya. Maka wajar, jika Nabi Muhamad mengatakan dalam Hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Daud tentang Mengucapkan Terimakasih dan memberikan doa "Tidak bersyukur kepada Allah seseorang yang tidak bersyukur kepada manusia" dan HR. Tarmidzi " Barang siapa yang dibuatkan kepadanya kebaikan, lalu ia mengatakan kepada pelakunya 'Jazakallah Khairan' semoga Allah membalas mu dengan kebaikan maka sungguh ia telah benar-benar meninggikan pujian. Masih dari Hadis yang diriwayatkan oleh HR Bukhjari dan Muslim "Barang siapa diberikan oleh Allah harta tanpa mengemisnya dari oranglain maka hendaknya dia menerimanya sebab hal itu adalah rezeky yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Maka kalimat terbaik saat kita menerima pemberian dari orang lain adalah Terimakasih dan mendoakannya. Pada posisi penerima, banyak atau sedikit setiap apa yang diterima, hal itu tidak menimbulkan kerugian apapun. Jadi, tolong jangan ciderai niat baik dan keikhlasan orang yang berusaha mengungkapkan rasa sayang dan perhatian itu pada mu. Ketika apa yang diberikannya sudah menjadi milik mu dan kamu tidak menyukainya atau dirasa terlalu banyak, silahkan lakukan apapun yang kamu sukai.
... Ketika ketulusan bahkan tidak layak dihargai barang ucapan Terimakasih
Tidak suka hampir muak Juni 2016
Posting Komentar untuk "Banyak sedikit, antara Ambiguitas dan Adab "