Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Mama

Mama ku pecinta binatang. Klo lagi makan diluar, entah di warung kaki lima atau resto mewah mama selalu ingat binatang disekitaran rumahnya. Jadilah sisa-sisa makanan or tulang-tulang itu dibungkusnya. Mama enggak punya binatang peliharaan khusus, tapi binatang-binatang itu datang dengan sendirinya kerumah saat jam makan tiba.

Mama juga lebih suka naik transportasi publik. Kereta, ojek, bus, bajay atau metromini. Klo ke jakarta, selain naik kereta mama suka naik M26 yang mengantarnya ke kp melayu lalu lanjut ke tenabang. Selalu kesana tujuannya. Seringnya, mama jalan tanpa tujuan. Sekedar membunuh waktu. 

Dijalan, mama bertemu dengan beberapa pengamen. Salah satunya pak tua, pengamen yg ditemui mama meniupkan harmonika. Oh iya, mama ini ringan tangan. Mama sengaja menyiapkan recehan dan ribuan yg banyak.

Suatu hari, di jalan kalimalang yg selalu macet. Mama melihat pak pengamen tua itu membeli nasi bungkus di warteg. Yang satu bungkus di berikan kepada dua anjing liar dan bungkus lainnya dia makan. Jadi mereka makan bersama. Di lain waktu, mama juga melihat pak tua ini membuatkan rumah-rumahan dari kardus untuk dua anjing itu. Yang esok harinya saat mama lewat lagi karya pak tua sudah tak ada lagi karena ditimpa hujan semalaman. Huhuhu, jadi ikut trenyuh :(
Mama punya hobi yang sama dengan ku. Baca buku biografi dan sejarah, jalan-jalan, makan dan nonton. Mama sangat kritis dan logis. Teman diskusi yang asik krn luas pengetahuannya. Ketika SMP aku mulai tinggal sama mama. Baca buku-buku koleksi mama. Liat gaya hidup mama...

Seharian tadi kami kongkow di saung betawi yang ada pemancingannya. Kami diskusi tentang komunis di Indonesia. Dan luar biasanya, mama tau banyak hal. Opini mama khas mahasiswa era 70 an :) kritis tapi pasrah pada jaman. 

Waktu kuliah mama lebih fokus sama pelajarannya biar cepet lulus dan bikin bangga orang tua kandung dan orang tua angkatnya. Setelah itu kerja, nikah fokus jadi ibu rumah tangga...Kemudian fokus jadi ibu tunggal buat tiga putrinya

Mama juga enggak punya banyak teman. Klo lagi dirumah, mama cuma baca buku, nonton film india or dengerin lagu india. Seingat ku, mama enggak pernah kumpul-kumpul arisan, heboh ke salon atau dandan berlebihan. Mama terlihat rapi hanya saat anak-anaknya menikah dan wisuda. Gubug kecil kami, nyaris tidak pernah kedatangan tamu. Mama ku sederhana sekali. Mungkin, seluruh hidupnya terdedikasi untuk menjaga dan menafkahi kami ketiga putrinya. 

Mama orang yg cuek pake banget. Dalam hal apapun. Kecuali anak-anaknya. Jargon andalannya adalah "emang kita menta makan ame die, hah?" Percaya atau enggak, kalimat ini bikin percaya diri loh kami tiga anaknya dalam kondisi apapun.

Ibu tunggal dari tiga anak, mama selalu tampil tegar dan percaya diri. Mama orang yang pandai menyembunyikan tiap masalah dan kesedihan dalam doa tiap sujud panjangnya. Sekali-sekalinya aku liat mama nangis waktu aku memilih bersebrangan dg mama dan ternyata jalan yg ku pilih itu salah. Tak ada kemarahan, tak ada sepatah apapun. Seperti sebelumnya. Mama cuma diam. Air mata itu yang memutuskan aku untuk bangkit dan moveon sepenuhnya. "Kamu tetap anak mama, apapun yang terjadi" kata mama waktu itu...


Posting Komentar untuk "Cerita Mama"